Laman

Senin, 25 Juni 2012

Kiat Antisipasi Aksi Kejahatan Saat Berhaji

Kejahatan memang bisa terjadi di mana saja. Jika ada niat dan kesempatan, para pelaku kejahatan tidak merasa segan untuk melakukan kejahatannya, termasuk di tanah suci. Dalam sebuah berita di poskota.co.id, terdapat beberapa modus kejahatan yang dilakukan di tanah suci. Berikut ulasannya.
MADINAH (Pos Kota) – Masih ada saja orang jahat di pusat ibadah seagung Masjid Nabawi, Madinah. Para penjahat, termasuk yang berasal dari Indonesia sendiri, memiliki sejumlah modus operandi kejahatan yang terus “diperbarui”.

Kepala Sektor Khusus Masjid Nabawi bentukan Misi Haji Indonesia di Madinah, Hendra Wirawan, telah mengumpulkan sejumlah modus kejahatan yang terjadi, sehingga seluruh jemaah hendaknya diimbau selalu waspada terhadap aksi kejahatan di tanah suci.

1. Tas bawaan ditaruh di ujung sajadah/tempat sujud digondol maling. Kasus ini menimpa seorang jamaah dari Padang. Tasnya berisi 12 juta rupiah dan 1.500 riyal (living cost) serta kamera digital. Tas hilang pada rakaat ketiga. Pada saat yang sama, jamaah yang sedang salat di belakangnya bawaannya juga raib. Muncul kecurigaan pelakunya adalah anak yang berlarian di pelataran masjid. Polisi Saudi yang dilapori segera menangkap sejumlah anak yang berlarian. Tapi setelah dilihat, tidak ada indikasi mereka pelakunya. "Jadi sebaiknya tas tetap menempel di badan, jangan ditaruh," saran Hendra.

2. Perempuan bercadar dan berbaju hitam menyamar sebagai polisi wanita, menggeledah jamaah yang hendak masuk masjid. Seorang jamaah perempuan RI kehilangan HP akibat penggeledahan ini. Ada juga yang kehilangan dompet berisi 4.000 riyal karena dipepet orang.

3. Modus WNI mengantar jamaah RI tersasar. Setiba di tujuan, mereka minta bayaran. "Ada jamaah yang dimintai 50 riyal (Rp 125 ribu)," katanya.

4. Modus menawarkan membeli kambing untuk membayar dam.

5. Modus peminta-minta yang mengaku mahasiswa Palestina, meminta sumbangan. "Jamaah kita biasanya mudah iba. Kemarin saya nemui jamaah yang juga memberi sumbangan, kami dekati, kami tanya: Bapak tahu tidak apa yang Bapak lakukan'. Itu untuk memastikan Bapak itu tidak diperas," ujar Hendra.

6. Kejahatan riskan terjadi di pasar tumpah, yang berada di gang-gang dan pinggir jalan yang ramai. "Seorang jamaah perempuan yang tasnya nempel di badan, kemarin teriak ada copet. Kami kejar, pelakunya kabur," ujar Hendra.

7. Tas disilet saat berdesak-desakan keluar dari Masjid Nabawi usai salat wajib. Seorang jamaah di Sektor I kehilangan dompet akibat modus ini.Modus di atas melengkapi modus yang telah terjadi sebelumnya yaitu pura-pura membantu jamaah tersesat. Di tengah jalan, pelaku merampas uang jamaah dan meninggalkannya begitu saja.

Atas semua insiden itu, Hendra menyarankan agar jamaah tidak banyak membawa uang saat ke masjid. "Bawalah paling banyak 50 riyal," pesan Hendra. Kalaulah membawa uang banyak untuk berbelanja, sebaiknya pergi berombongan sehingga saling menjaga.

Oknum sebangsa dan setanah air

Miris memang. Jika biasanya ikatan sebangsa-setanah air akan menjadi kuat ketika berada di tanah air orang lain, tetapi suasana itu belakangan ini dirusak oleh sesama pendatang dari tanah air. Di Madinah ada jamaah calon haji Indonesia yang dirampas uangnya. Ironisnya pelakunya diduga kuat masih saudara kita sebangsa.

Petugas haji Indonesia pernah memergoki seseorang yang menyamar sebagai petugas lengkap dengan seragamnya, diduga melakukan penipuan terhadap jemaah haji. Ada pula yang lebih memalukan. Saat tertangkap petugas, orang tersebut menyamar dengan berpakaian ihram, layaknya orang yang akan melaksanakan umrah. Lagi-lagi pelakunya bangsa sendiri.

Tak hanya jamaah, bahkan seorang petugas kesehatan rombongan jamaah haji khusus pun menjadi korban aksi perampasan. Seperti yang dialami Dokter. Pelaku berhasil merampas dompet korban yang berisi uang dalam bentuk rupiah dan riyal, beberapa kartu kredit, serta beberapa surat berharga. Korban mengaku bahwa pelaku bisa berbahasa Indonesia, tapi dia tidak bisa memastikan apa pelaku memang warga Indonesia.

Tips antisipasi kejahatan di tanah suci

Banyaknya modus kejahatan yang terjadi memang tidak seharusnya menjadi halangan untuk menunaikan ibadah haji. Namun, langkah antisipasi sangat perlu dilakukan. Berikut beberapa tips antisipasi kejahatan di tanah suci.

1.Jangan pergi sendiri
Jemaah haji Indonesia diharapkan jangan pergi sendirian untuk menghindari aksi perampasan yang dilakukan orang yang tidak bertanggung jawab. Jamaah hendaknya berangkat berkelompok minimal 4-5 orang. Hal itu diungkapkan Kepala Panitia Penyenggara Ibadah Haji Daerah Kerja Madinah, Akhmad Jauhari di Kantor Misi Haji Indonesia, Madinah, Arab Saudi. “Karena korban kejahatan seringkali sedang sendirian atau kesasar, dan biasanya orang lanjut usia,” katanya.

2.Membawa uang secukupnya
Menyikapi berbagai tindak kejahatan yang menimpa beberapa jamaah haji Indonesia di Madinah, Akhmad menghimbau agar jemaah sebaiknya tidak banyak membawa uang. Ia melihat saat ini ada tren jamaah membawa banyak uang di sakunya.
Ia menuturkan bahwa membawa banyak uang dalam rangka pelaksanaan ibadah haji justru akan membuat ibadah jemaah itu sendiri menjadi terganggu. Jemaah haji yang seharusnya fokus kepada ibadah, tentunya akan terpecah pikirannya karena memikirkan keamanan uangnya itu. Jadi, bawalah bekal secukupnya.

3.Gunakan jasa safety box di hotel tempat menginap
Di bagian lain, menanggapi beberapa aksi kejahatan di Masjidil Haram dan sekitarnya, Akhmad sebenarnya sudah mengusulkan kepada pihak pengamanan di Daker Makkah agar para calon haji saat ke Masjid tidak perlu membawa tas. ’’Yang dibawa hanya gelang identitas dan beberapa riyal secukupnya,’’ jelasnya. “Jika khawatir uangnya hilang, manfaatkan safety box yang ada di hotel,” tegasnya. (RA). Tips haji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar